Mungkin, hal ini disebabkan oleh candu yang dihembuskan oleh mereka para penggilamu. Yang kerap kali
meneriakkan pesonamu di telingaku, hingga pertahananku roboh tentang karismamu.
Bisa pula, karena takdir yang dulu pertama kali mempertemukan kita berdua. Lalu diakhir dengan perpisahan, dan saling menyimpan nomer telepon genggam masing-masing.
Atau bisa juga karena kita berada dalam lingkaran yang sama, yang menghasilkan interaksi antara kita satu-sama-lain secara tidak langsung. Kamu bercerita dengan mereka, lalu saya juga bercerita dengan mereka. Dan mereka lalu bercerita tentang kita berdua.
Lalu kemudian, banyak hal-hal yang tak bisa dijelaskan dengan minimnya fungsi akal kita berdua. Pertemuan demi pertemuan yang terus berlanjut, yang akhir mengukuhkan berjuta-juta asumsi di kepala seorang laki - laki, yaitu saya, yang kamu tahu sendiri bahwa asumsi-asumsi itu selalu terhubung dengan sebuah konsep bernama perasaan.
Hingga akhirnya, di satu titik, saya rasa kita berdua, perlu duduk kembali dalam satu meja untuk membicarakan hal yang lebih abstrak dan lebih menantang dibandingkan hal-hal abstrak yang dulu pernah kita bicarakan.
Tentang kita, mungkin untuk mencari tahu bersama perlukah kita meneruskannya pada tingkatan yang lebih jauh dibandingkan hubungan ‘elo dan gue’ seperti sekarang.
Yah, saya memang berharap . Tapi tidak pada kamu sebenarnya, tetapi pada takdir dan doa-doa yang saya titipkan pada setiap sujud kepada-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar