Terlalu banyak hantu2 di Indonesia, sehingga saat cerita2 hantu ini didengar, orang2 lupa untuk menggunakan akal sehatnya mentertawakan cerita2 tersebut.
Kenapa kalau orang mati penasaran nanti jadinya hantu gentayangan? Coba tanya sama ahli hantu2, pasti tidak tahu jawabannya. Terus kalau sudah nggak penasaran, jadi happy ending gitu? Bisa istirahat dengan tenang? Aduh,
ini sih logika anak2 sekali.
Kenapa pocong itu harus dibelit sama kain lantas loncat2? Bodoh sekali kelakuan pocong ini, nggak ada keren2nya aksi seperti itu. Cari dikit napa aksi yang lebih heroik dan meyakinkan. Kenapa kuntilanak dan sundelbolong itu suka nyulik anak2? Apa nggak tahu dia kalau anak2 itu suka pipis sembarangan, suka pupuf sembarangan. Merepotkan saja. Kenapa tuyul mau saja disuruh maling uang? Aduh, tuyul ini benar2 hantu paling merugi. Sudah hantu, disuruh nyuri, mau pula. Minta tugas lebih kerenan dikit kenapa. Merendahkan martabat hantu saja. Juga genderuwo, wewe gombel, dan hantu modern macam suster ngesot, si manis jembatan ancol dsbgnya, dan sebagainya. Banyak sekali pertanyaan kenapa yang lucu.
Kenapa nyi roro kidul menguasai laut selatan? Dia ini siapa sih? Juragan ikan? Kalau dia penguasa, kenapa harus minta2 sesajen? Bukankah penguasa lautan itu adalah: nenek moyangku orang pelaut. Kenapa orang2 sibuk harus mencuci keris pada tanggal tertentu, dikeramatkan? Kenapa gunung2 ada penunggunya? Kenapa hutan2 ada penjaganya?
Saya tidak menyangka, begitu banyaknya hal-hal seperti ini ada di sekitar kita. Sampai saya tidak tahu lagi, apakah manusia itu terlalu begitunya hingga mau begitu saja percaya, takut. Kita ini sebenarnya punya Tuhan nggak sih? Tanyakan ke orang2, apakah kalian punya Tuhan? Atau kasih saja mereka kabar tipu, eh tahu nggak agama kamu barusaja dijelek2an loh oleh orang lain, direndahkan, dihina. Serentak semua marah, disuruh perang pun mau. Tapi ampun deh, pulang ke rumah, mereka sendiri yang menghina agamanya dengan begitu banyak dusta terhadap keyakinan sendiri. Juga dalam kasus sebaliknya. Ada yang tidak mau mengakui agama, tidak percaya dengan Tuhan, atau menyepelekannya, tapi ternyata takut dengan cerita2 seperti ini. Lah? Dia tidak takut sama Tuhan, tapi takut sama hantu2an?
Saya akan membiarkan catatan ini terbuka tanpa kesimpulan berarti. Saya hanya akan menutupnya dengan: semua yang ada di dunia ini, adalah mahkluk. Maka sehebat apapun dia, tetaplah mahkluk. Hanya kepada yang menciptakannyalah semua ditambatkan. Rasa takut, rasa gentar, rasa khawatir, semua ditujukan kepada pencipta. Mari kita didik anak2 kita bersih dari hal2 ini. Hingga saat kelak mereka jadi remaja, saat teman2nya bercerita soal ini, jejeritan takut, dia hanya menatap teman2nya dengan heran sekali, "Terus gue harus bilang wow gitu?"
Jadikan pemahaman anak2 kita begitu kokoh. Tidak ada yang bisa menakutinya, kecuali takut atas murka Tuhan-nya.
copy dari catatan Omm Darwis (Tere Liye)
0 komentar:
Posting Komentar